Pengertian I'rab beserta tanda-tandanya

PENGERTIAN I’RAB BESERTA TANDA-TANDANYA
Kata I’rab (إعراب) secara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”, sebenarnya kata harakat ini juga berasal dari bahasa arab hanya saja sudah diserap kedalam ejaan bahasa indonesia. Adapaun pengertian i’rab menurut ilmu nahwu yaitu :
تَغْيِيرُ اَوَاخِرِ الكَلِمِ لِاخْتِلَافِ العَوَامِلِ الدَاخِلَةِ عَلَيهَا لَفْظًا اَوْ تَقْدِيرًا
Artinya : berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya perbedaan ‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik dalam segi lafadznya atau pun kira-kiranya.
Jadi, yang dimaksud dengan i’rab itu adalah harakat akhir pada sebuah kalimat dalam bahasa arab. Adapun kalimat yang suka berubah-ubah akhirnya itu dinamakan “Mu’rab”. Ada lagi istilah lain dalam bahasa arab yang terkadang anda jumpai yaitu MABNI dan BINA. Mabni adalah suatu kalimat yang tidak akan berubah harakat akhirnya sedangkan bina adalah harakat akhir yang tidak akan berubah.
Istilah ilmu nahwu di atas hanya kebalikannya saja, jika kita petakan maka akan seperti ini :
Mu’rab > < Mabni
I’rab     > < Bina
Adapaun pembagian i’rab itu sendiri dalam kaidah ilmu nahwu ada 4 bagian, yaitu :
Pembagian i’rab di atas terbagi lagi ke dalam 3 kategori yaitu khusus dan umum, untuk lebih jelasnya lihat kolom dibawah ini :
رفع dan نصب
عام
خفض
إسم
خاص
جزم
فعل
Yang dimaksud dengan umum pada tabel di atas adalah i’rab tersebut bisa ditemui dalam kalimat isim atau pun juga kalimat fi’il sedangkan yang dimaksud dengan khusus adalah kalau khusus untuk isim maka tidak akan terdapat pada fi’il dan begitu juga sebaliknya. Jadi, tidak munkin kalimat isim ber-i’rab Jazm dan tidak munkin juga kalimat fi’il ber-i’rab Khofadz.
A.    I’rab Rafa’
I’rab Rafa’ mempunyai empat tanda yaitu, harkat dhammah, huruf wawu, huruf alif, dan  tetapnya nun.
Untuk mengetahui bahwa kalimat itu sedang rofa’ adalah dengan cara mengetahui salah satu Tanda Rofa’ atau Alamat Rofa’ yg empat diatas pada kalimah tersebut
1.      Harkat Dhommah (ُ ) contoh :
جاء زيدٌ
JAA’A ZAIDUN = Zaid telah datang.
Lafazh ZAIDUN menjadi fa’il yg dirofa’kan dengan tanda rofa’nya HARKAT DHOMMAH.
2.      Huruf Wawu (و) contoh :
جاء أبوك
JAA’A ABUUKA = Ayahmu telah datang
جاء الزيدون
JAA’A AZ-ZAIDUUNA = Beberapa Zaid telah datang
Lafazh ABUUKA dan AZ-ZAIDUUNA menjadi fa’il yg dirofa’kan dengan tanda rofa’nya HURUF WAWU
3.      Huruf Alif (ا) contoh :
جاء الزيدان
JAA’A AZ-ZAIDAANI = dua Zaid telah datang
Lafazh AZ-ZAIDAANI menjadi fa’il yg dirofa’kan dengan tanda rofa’nya HURUF ALIF
4.      Tetapnya Nun (ن) contoh :
يضربان
YADHRIBAANI = dua orang lelaki sedang/akan memukul
Lafazh YADHRIBAANI adalah Fi’il Mudhari’ yg dirofa’kan dengan tanda rofa’nya TETAPNYA NUN
Perlu diketahui bahwa Harkat Dhommah merupakan tanda rofa’ yg asli, sedangkan tiga tanda rofa’ sisanya setatusnya sebagai tanda rofa’ pengganti Harkat Dhommah.


B.     I’rab Nashab
 “I’rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu; fathah, alif, kasrah, ya’, dan hadfunnun (menghilangkan huruf nun).
1.      Fathah, menjadi alamat pokok (tanda asli) i’rab nashab. Contoh;
عَرَفْتُ بَكْرًا          = Aku telah mengenal Bakar.
رَاَيْتُ زَيْدًا           = Aku telah melihat Zaid.
2.      Alif, sebagai pengganti fathah, contoh;
عَرَفْتُ اَخَاكَ         = Aku telah mengenaal saudaraku.
رَاَيْتُ اَبَاكَ            = Aku telah melihat ayahku.
3.      Kasrah, sebagai pengganti fathah. Contoh;
عَرَفْتُ الْمُعَلِّمَاتِ    = Aku telah mengenal guru-guru wanita.
رَاَيْتُ الْمُسْلِمَاتِ     = Aku telah melihat guru-guru wanita.
4.      Ya’, juga sebagai pengganti fathah. Contoh;
رَاَيْتُ الزَّيْدِيْنَ        = Aku telah melihat Zaid-Zaid.
رَاَيْتُ الزَّيْدَبْنَ        = Aku telah Melihat dua Zaid.
5.      Menghilangkan huruf nun, contoh;
لن تفعلي             = Kamu (seorang perempuan) tidak akan dapat berbuat.
لن تفعلوا             = Kamu semua (perempuan) tidak akan dapat berbuat.
لن يفعلوا             = Kamu semua (laki-laki) tidak akan dapat berbuat.
لن تفعلا              = Kamu berdua (perempuan) tidak akan dapat berbuat.
لن يفعلا              = Kamu berdua (laki-laki) tidak akan dapat berbuat.
Kata nadhim;
 “I’rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu; fathah, alif, kasrah, ya, dan membuang (memghilangkan) huruf nun.”
Tanda-tanda I’rab Nashab
1.      Harakat Fathah
Harakat fathah adalah ciri utama dari i’rab nashab. Sebagai ciri utama dari i’rab nashab, harakat fathah dapat dijumpai dalam tiga tempat. Ketiga tempat tersebut adalah isim mufrad, jamak taksir, fi’il mudhari’ yang dimasuki oleh ‘amil nawashib (‘ami yang menashabkan suatu kata). Untuk mempermudah pemahaman kita tentang hal ini, alangkah baiknya kita menyimak contoh beriktu;
§  Isim Mufrad, contohnya; قرأتُ القرأنَ
§  Jamak taksir, contohnya;اشتريْتُ الكُتُبَ
§  Fi’il mudhari’ yang kemaasukan ‘amil nawashib, contoh; لن يذهب محمدٌ الى السُّوقِ
2.      Huruf Alif
Huruf alif menjadi ciri dari i’rab nashab dapat dijumpai pada satu tempat, yaitu asm’aul khamsah (isim lima) yakni اباك، اخاك، حماك، فاك، ذا مال. Untuk mempermudah pemahaman kita, mari kita melihat contoh di bawah ini;
رايتُ ابَاكَ في السوقِ
3.      Harakat Kasrah
Harakat kasrah menjadi tanda pengenal dari i’rab nashab sebagai pengganti dari tanda harakat fathah. Ciri ini berposisi pada satu tempat, yaitu jamak muannast salim. Untuk lebih jelasnya, lihatlah contoh berikut;
خلق اللهُ السمواتِ


4.      Huruf Ya’
Huruf ya’ adalah bagian dari tanda i’rab nashab. Huruf sebagai tanda atau ciri i’rab nashab berada dalam dua tempat, yaitu jamak mudzakar salim dan isim tastniyah. Untuk lebih detailnya kita lihat contoh berikut;
1.      Jamak mudzakar salim, contoh;رايتُ المسلمِيْنَ
2.      Isim tastniyah, contoh;قرأتُ كتابَيْنِ
5.      Hadzfu Nun (membuang nun)
Membuang (menghilangkan) nun menjadi alamat bagi alamat i’rab nashab pada af’alul khamsah yang di rafa’kaannya dengan memakai nun itsbat (tetap).
Seperti lafadz;
ان يعلما              =Hendaknya kamu (laki-laki) berdua mengetahui.
ان تعلما              =Hendaknya kamu (perempuan) berdua mengetahui.
ان يعلموا             = Hendaknya kamu semua (laki-laki) mengetahui .
ان تعلموا             = Hendaknya kamu semua (perempuan) mengetahui.
ان تعلمي             = Hendaknya kamu (seorang perempuan) mengetahui.
C.    I’rab Khafadh
I’rab khafadh mempunyai tiga alamat, yaitu; kasrah, ya’, dan fathah)
1.      Harkat Kasroh
Contoh kalimat : مَرَرْتُ بِزَيْدٍ = Aku telah bertemu dengan Zaid. Harkat terahir pada kalimat tersebut adalah kasroh. Sebagai tanda i'rob khafadh, kasrah menempati di tiga tempat, yaitu

      a. Isim mufrad munsharif, contoh: كَتَبْتُ بِقَلَمٍ 
      b. Jamak taksir munsharif, contoh: أَقْرَأُ بِكُتُبٍ مُتَنَوِّعَةٍ 
      c. Jamak muannast salim, contoh: هِيَ تَذْهَبُ اِلَى الْمَسْجِدِ بِمُسْلِمَاتٍ اُخْرَى
2.      Huruf Ya'
Ya' merupakan pada i'rob khafad fungsinya sebagai pengganti dari harkat kasrah. Contoh kalimat: مررتُ بِزَيْدَيْنِ = Aku telah berjumpa dengan dua Zaid. Ya' bertempat pada tiga kalimat, yaitu:

     a. Asma’ul khamsah. contohnya: اَذْهَبُ اِلَى السُّوْقِ بِاَخِيْكَ 
     b. Isim tatsniyah. contohnya: أَذْهَبُ اِلَى الْمَكْتَبَةِ بِصَدِيْقَيْنِيْ 
     c. Jamak mudzakar salim. contohnya: أَدْرُسُ فِيْ الْمَدْرَسَةِ بَالْمُجْتَهِدِيْنَ
3.      Harkat Fathah
Contoh kalimat: مررتُ بِاَحْمَدَ = Aku telah berjumpa dengan Ahmad. Fathah hanya menempati satu kalimat, yaitu pada ISIM GHAIRU MUNSHORIF (isim yang tidak bisa menerima tanwin). Contoh lain  ذَهَبْتُ اِلَى مَسَاجِدَ .
Meskipun kedua contoh diatas (kalimatnya) diawali huruf jar BI & ILA. harkat terahirnya adalah fathah bukan kasroh. Karena kalimat tersebut adalah isim yang tidak bisa menerima tanwin.
D.    I’rab Jazm
Tanda i’rab jazm ada dua, yaitu:
1.      Sukun
Sukun menjadi tanda i’rab jazm pada fi’il mudhari shahih akhir. Yang dimaksud fi’il shahih akhir adalah fi’il mudhari yang belum ditambahkan wawu jama’, alif tatsniyah, dan ya’ muanatsah mukhathabah. Fi’il mudhari shahih akhir yang didahului oleh amil jazim maka harus disukunkan huruf terakhirnya. Contoh:
يَكْتُبُ ← لَـمْ يَكْتُبْ
تَكْتُبُ ← لَـمْ تَكْتُبْ
أَكْتُبُ ← لَـمْ أَكْتُبْ
نَكْتُبُ ← لَـمْ نَكْتُبْ
2.      Membuang huruf
Yang dimaksud membuang huruf disini adalah membuang huruf terakhir dari fi’il mudhari. Ada beberapa fi’il mudhari yang dibuang huruf akhirnya ketika dimasuki amil jazim. Dalam membuang huruf ada dua macam, yaitu:
a.       Membuang nun
Yaitu pada fi’il lima. Fi’il lima adalah fi’il mudhari yang telah ditambahkan wawu jama’, alif tatsniyah, dan ya’ muanatsah mukhathabah. Contoh:
يَذْهَبُوْنَ ← لَـمْ يَذْهَبُوْا                                  
تَذْهَبُوْنَ ← لَـمْ تَذْهَبُوْا                                  
يَذْهَبَانِ ← لَـمْ يَذْهَبَا
تَذْهَبَانِ ← لَـمْ تَذْهَبَا
تَذْهَبِيْنَ ← لَـمْ تَذْهَبِيْ
b.      Membuang huruf ilat
Yaitu pada fi’il mudhari mu’tal akhir atau yang huruf akhirnya adalah huruf ilat yaitu alif, wawu, dan ya’. Huruf alif, wawu, dan ya’ pada fi’il mudhari mu’tal akhir adalah huruf asli bukan huruf tambahan. Contoh:
يَـغْـزُو ← لَـمْ يَـغْـزُ
يَـرَى ← لَـمْ يَـرَ
يَنْتَهِى ← لَـمْ يَنْتَهِ



Komentar

Posting Komentar